Selasa, 10 Mei 2011

meningkatkan minat baca anak (makalah)

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Kegiatan memajukan pendidikan di Indonesia telah dilakukan melalui peningkatan pendidikan yang diwujudkan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional Nasional Pasal 1. Disebutkan, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pembaruan pola proses belajar mengajar yang sebelumnya terfokus pada guru “teacher-based learning”, menjadi terfokus pada kebutuhan kompetensi siswa atau pendekatan “resources-based learning”, perlu didukung dengan keahlian menggali informasi bagi para siswa. Jika tidak kita akan kembali ke sistim pola belajar mengajar sebelumnya atau yang lama, akibatnya kompetensi yang diharapkan tidak akan tercapai secara maksimal.
Keahlian menggali informasi bagi para siswa salah satu upayanya melalui budaya membaca. Membaca merupakan suatu proses menangkap atau memperoleh konsep-konsep yang dimaksud oleh pengarangnya, menginterpretasi, mengevaluasi konsep-konsep tersebut. Dapat dikatakan bahwa kemampuan membaca tidak hanya mengoperasikan pelbagai keterampilan untuk memahami kata-kata dan kalimat, tetapi juga kemampuan menginterpretasi, mengevaluasi sehingga memperoleh pemahaman yang komprehensif.
Menerapkan pendidikan berbasis perpustakaan di lingkungan sekolah, sebagai usaha untuk memberikan atau menggali potensi-potensi dalam mencari dan mendayagunakan sumber-sumber informasi yang ada di perpustakaan pada khususnya, atau pusat-pusat informasi lainnya.
Salah satu sarana untuk menunjang proses belajar dan mengajar di sekolah adalah perpustakaan. Perpustakaan bukan hanya unit kerja yang menyediakan bacaan guna menambah pengetahuan atau wawasan, tapi juga merupakan bagian yang integral pembelajaran. Perumpamaan perpustakaan sebagai sebuah jantung bagi institusi pendidikan adalah mengidentifikasikan bahwa keberadaan perputakaan begitu penting dan berperan untuk menunjang proses pendidikan, belajar mengajar, dan penelitian.

B. Batasan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi masalah yang akan dibahas yaitu bagaimana mengembangkan minat baca siswa melalui pembelajaran berbasis perpustakaan?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Pembaharuan pola proses belajar mengajar, yang sebelumnya “teacher-based learning” menjadi “resources-based learning”.
2. Memotivasi anak untuk mendayagunakan perpustakaan untuk pembelajaran di sekolah.
3. Meningkatkan kemampuan anak untuk mencari dan menggunakan informasi dari sumber belajar berupa buku atau bahan bacaan.



BAB II
KAJIAN TEORITIS


A. Prinsip-prinsip Membaca
Membaca merupakan kegiatan kompleks dan disengaja. Dalam hal ini berupa proses berpikir yang didalamnya terdiri atas berbagai aksi berpikir yang bekerja secara terpadu mengarah pada satu tujuan, yaitu memahami makna paparan tertulis secara keseluruhan. Aksi-aksi pada waktu membaca tersebut adalah memperoleh pengetahuan dari simbol-simbol huruf atau gambar yang diamati, pemecahan masalah-masalah yang timbul serta mengiinterpretasikan simbol-simbol, huruf, gambar, dan sebagainya.
Ada beberapa prinsip membaca dalam mengembangkan minat baca siswa, yaitu :
1. Membaca merupakan proses berpikir yang kompleks.
Membaca merupakan proses berpikir yang kompleks, terdiri atas sejumlah kegiatan seperti menangkap atau memahami kata-kata atau kalimat-kalimat yang ditulis pengarang, mengiterpretasikan konsep-konsep pengarang serta menyimpulkannya. Untuk dapat membaca secara efisien dalam arti cepat dan persepsi yang akurat diperlukan keterampilan-keterampilan menangkap atau memahami kata-kata atau kalimat, keterampilan menginterpretasi dan mengevaluasi, menghubungkan konsep pengarang dengan pengetahuan, fakta atau informasi yang telah dimiliki sebelumnya dan akhirnya memiliki keterampilan menyimpulkan.
2. Kemampuan membaca setiap orang berbeda-beda.
Setiap orang memiliki kemampuan membaca sendiri-sendiri. Pada dasarnya kemampuan membaca seseorang bergantung pada beberapa faktor, misalnya tingkatan kelas, kecerdasan, keadaan fisik, keadaan emosi, hubungan sosial seseorang, dan latar belakang pengalaman. Untuk itu seorang guru dituntut mengetahui kemampuan setiap siswanya.


3. Pembinaan kemampuan membaca atas dasar evaluasi.
Pembinaan dan pengembangan kemampuan membaca seseorang harus dimulai atas dasar hasil evaluasi terhadap kemampuan membaca orang yang bersangkutan. Untuk memperoleh informasi tentang kemampuan membaca siswanya, guru dapat bekerja sama dengan pustakawan dan orang tua siswa.
4. Membaca harus menjadi pengalaman yang memuaskan.
Kepuasan membaca mungkin saja disebabkan oleh tercapainya tujuan ia membaca, terpecahkannya masalah yang sedang dihadapi, memperoleh fakta baru, menggali informasi baru, pengetahuan baru, dengan kata laian ia telah memperoleh hasil yang maksimal dari bacaannya.
5. Membaca yang baik merupakan syarat mutlak keberhasilan belajar.
Tidak selamanya belajar itu melalui membaca, mungkin juga melalalui gambar, diskusi, observasi, penelitian, dan sebagainya. Tetapi pada dasarnya belajar itu melalui membaca. Agar memperoleh keberhasilan belajar, seseorang atau siswa harus mampu membaca dengan baik.

B. Pembelajaran Berbasis Perpustakaan
Pembelajaran berbasis pepustakaan atau library-based learning adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber informasi utama dalam proses pembelajaran.
Arif Furqon (2007) menawarkan beberapa strategi yang perlu dikembangkan untuk merealisasikan pembelajaran berbasis perpustakaan ini, yaitu :
1. Guru bersama-sama dengan lembaga perpustakaan mendesain program (silabus) pembelajaran (mata pelajaran) berbasis perpustakaan, termasuk cara mengevaluasi keberhasilan belajar siswa, dilakukan satu semester sebelum PBM dilaksanakan.
2. Perpustakaan mempersiapkan sumber informasi yang dibutuhkan oleh mata pelajaran tersebut (harus sudah selesai sebelum PBM mata pelajaran tersebut dimulai)
3. Siswa dipersiapkan untuk kegiatan pembelajaran berbasis perpustakaan (dipertemuan pertama PBM dilaksanakan)
4. Guru melaksanakan pembelajaran
5. Guru memonitor perkembangan dan melakukan penyesuaian sana-sini
6. Pada akhir semester guru dibantu pihak perpustakaan melakukan evaluasi keberhasilan program untuk pengembangan
7. Hasil evaluasi digunakan untuk membekali desain program untuk meningkatkan kinerja program.



























BAB III
PEMBAHASAN MASALAH

Membaca suatu kegiatan atau suatu hal yang baik, khususnya bagi siswa atau pelajar. Membaca aukan membawa seseorang pada tujuan-tujuan yang diinginkannya dan bahwa buku-buku itu mempunyai daya kekuatan yang dapat mengubah keadaan seseorang atau siswa. Oleh karena itu minat baca harus mendapat perhatian khusus oleh dunia pendidikan.
Sering kita jumpai bahwa para siswa banyak membaca karena akan menghadapi ujian-ujian atau hanya sekedar untuk memenuhi kewajiban yang dibebankan atau diperintahlan oleh guru. Cara yang baik untuk mengembangkan minat baca ini adalah membiarkan para siswa memilih buku yang baik oleh mereka dan untuk mereka. Siswa dibiasakan membaca buku dan menyampaikan pendapatnya tentang buku yang telah dibacanya. Selain itu siswa juga perlu dipersiapkan akan hal-hal sebagai berikut :
1. Kesiapan Mental (Mental Readiness for Reading)
Kesehatan mental besar sekali pengaruhnya terhadap keberhasilan membaca dan belajar. Apabila mentalnya kurang sehat, akan timbul beberapa gejala, misalnya sering lupa, kemampuan berpikir yang menurun, sulit konsentrasi terhadap apa yang dipelajari, akibatnya tidak bisa membaca secara efektif dan efisien.
2. Kesiapan Fisik (Physical Readines for Reading)
Kesiapan fisik membaca tergantung pada pertumbuhan fisik dan kesehatanya. Siswa-siswa yang sering sakit, kurang istirahat serta tidak memiliki kondisi yang optimal untuk membaca dan belajar. Ada beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan membaca hubungannya dengan kesiapan fisik, antara lain adalah kapasitas penglihatan dan pendengaran, faktor berbicara, kesehatan termasuk didalamnya stamina fisik yang kurang baik dapat mengurangi kemampuan membaca secara efektif dan efisien.



3. Kesiapan Emosi (Emotional Readiness for Reading)
Gangguan emosi dapat juga mempengaruhi keberhasilan membaca dan belajar. Kematangan emosi seseorang tidak bisa terlepas dari keadaan lingkungannya. Seorang anak yang memiliki sifat pemalu, terlalu penakut menunjukkan gejala kesulitan emosi. Begitu pula seorang anak yang terlalu menggantungkan diri kepada orang tuanya, akan selalu ketakutan, merasa cemas dan kurang aman. Semua ini menunjukkan bahwa anak tersebut kurang siap untuk membaca dan belajar yang kelak akan mempengaruhi keberhasilan membaca dan belajarnya.
4. Kesiapan Pengalaman (Experiential Readiness for Reading)
Kesiapan pengalaman di sini berarti pernah tidaknya membaca, sering tidaknya membaca, luas tidaknya pengetahuan yang dimilikinya. Siswa-siswa yang memahami banyak mengerti kata-kata akan lebih cepat daripada siswa yang kurang mengerti kata-kata, begitu sebaliknya, siswa yang memiliki latar belakang pengetahuan yang luas akan lebih cepat memahami bacaan daripada siswa yang kurang memiliki latar belakang pengetahuan.
Oleh karena itu mengingat lemahnya kemampuan membaca dan kesadaran akan manfaat membaca untuk siswa, maka perencanaan pembelajaran yang melibatkan perpustakaan akan mampu memupuk belajar mandiri (self directed independent learning) pada diri siswa, yang pada gilirannya akan menumbuhkan kebiasaan membaca.
Pembelajaran berbasis perpustakaan, perlu mengembangkan konsep perpustakaan sebagai pusat sumber informasi, yaitu perpaduan fungsi perpustakaan dan pusat multimedia untuk menunjang kegiatan belajar mengajar peserta didik dalam suatu lembaga pendidikan.
Lembaga pendidikan yang dalam hal ini sekolah harus kondusif, sehingga akan menunjang pengembangan program kebiasaan membaca untuk menujmbuhkan minat baca siswa. Diharapka penyediaan sarana dan prasarana untuk peningkatan kegemaran membaca siswa akan berpengaruh terhadap keterampilan membaca. Keterampilan membaca dan kegemaran membaca memiliki hubungan yang saling mendukung.
Pada lingkungan sekolah, perpustakaan sekolah mempunyai peran yang sangat strategis dalam hal penyediaan fasilitas untuk meningkatkan minat baca siswa. Model pembelajaran berbasis perpustakaan yang didukung tersedianya fasilitas akan dapat mengembangkan minat baca siswa.
Untuk mengimplementasikan program tersebut harus dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Ciptakan lingkungan informasi yang kaya teknologi di perpustakaan
2. Lengkapi perpustakaan dengan seorang pustakawan pengajar profesional dan pegawai teknis.
3. Ketika seorang guru dan pustakawan berkolaborasi dalam proses pembelajaran mereka harus memulai dengan standar tertulis yang sudah dibangun
4. Guru dan pustakawan membuat sebuah rubrik yang memuat isi materi, keterampilan informasi, kontribusi teknologi, dan sejumlah bahan bacaan yang harus dibaca oleh siswa selama dalam pengalaman program pembelajaran.














BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan penulisan makalah ini, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Penerapan pembelajaran berbasis perpustakaan akan mengembangkan minat baca siswa, yang pada gilirannya akan menambah wawasan anak dalam ilmu pengetahuan. Anak juga terbiasa untuk menggali informasi sendiri dari sumber belajar, yang dalam hal ini berupa buku.
2. Penerapan pembelajaran berbasis perpustakaan menuntut perubahan peran guru khususnya dalam penyampaian informasi pada siswa. Ada perubahan dari “teacher-based learning” atau pembelajaran yang terfokus pada guru, menjadi “resources-based learning” atau pembelajaran yang terfokus pada kebutuhan kompetensi siswa.

B. SARAN
Untuk mengimplementasikan program tersebut harus dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Menyediakan bahan bacaan yang diminati siswa, yang sesuai dengan keragaman tingkat perkembangan anak.
2. Menjadikan perpustakaan sekolah sebagai tempat yang menyenangkan bagi siswa melalui penataan yang bagus, dengan pelayanan yang ramah.
3. Memberikan tugas tambahan pada siswa di luar kelas, yang berkaitan dengan terbatasnya jam pelajaran di dalam kelas.
4. Mengintegrasikan perpustakaan dalam kegiatan belajar mengajar.






DAFTAR PUSTAKA

Furqon, Arif. 2007. Konsep Pembelajaran Berbasis Perpustakaan di PTAI (Library Based Learning). Surabaya : Makalah Dipresentasikan pada Workshop Pengembangan Jaringan Perpustakaan Perguruan Tinggi Agama Islam se-Indonesia.

Rosalin, Elin. 2008. Pemanfaatan Perpustakaan dan Sumber Informasi. Bandung : Karsa Mandiri Persada

Sulhan, Najib. 2010. Pembangunan Karakter pada Anak : Manajemen Pembelajaran Guru Menuju Sekolah Efektif. Surabaya : SIC

Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional.

Uno, Hamzah B. 2008. Model Pembelajaran : Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta : Bumi Aksara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar